Marry Me - Chapter 5 ( Just Slowly )
Cast
: Jang Hyunra
Bang Min Soo
Genre
: romance, married life
Rating
: PG 13
PREVIOUS CHAPTER
Tujuh tahun yang laluā¦
Setiap orang memiliki mimpinya
masing-masing dan setiap orang berhak mewujudkan mimpinya. Tak terkecuali
dirinya. Harusnya begitu, namun tak bisa semudah itu. Monster menyeramkan yang
kerap melarangnya melakukan ini dan itu, terus saja mengekangnya untuk
melakukan apa yang ia mau. Monster itu bahkan memasukkannya ke sekolah bisnis.
Padahal monster itu tahu apa yang ia inginkan, ia ingin masuk sekolah desain.
Demi Tuhan sekolah desain.
ā Membuat keributan lagi?ā
suaranya yang serak dan berat menyudutkannya. Dan akan terdengar seperti itu,
selalu.
Ia tak menghiraukan wajah murka
di depannya serta wajah cemas di sebelahnya. Wajah murka itu milik si monster
atau sebut saja ayahnya, dan wajah cemas yang nyaris menangis itu milik ibunya.
Wanita yang begitu mencintainya, namun tak pernah bisa membelanya.
Selagi ayahnya menatapnya dengan
seram, ia hanya mengayun-ngayunkan kakinya dengan susah payah. Selepas menit-menit
penuh ketegangan, ayahnya menggebrak pelan meja di depannya. Pria itu masih
menatapnya, ia pun tak takut untuk menanggapinya.
ā Kau pikir dengan begini aku
akan mengubah keputusanku dan mengirimmu ke sekolah desain?ā pria itu
menyeringai menang. Kepalanya dimiringkan sedikit dan matanya menyorot tajam ke
arahnya yang merasa kerdil di kursinya.
ā Jangan bermimpi. Sekarang
terserah apa yang ingin kau lakukan, tawuran, atau apapun itu. Yang jelas kau
tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau mau,ā tukas pria itu sebelum
beranjak meninggalkan ruangan.
Tak lama terdengar bunyi pintu
dibanting. Ia masih tak bersuara, kepalanya tertunduk dalam. Ia tersenyum
pahit, sudah tak tahan dengan perlakuan monster tadi. Sementara ia masih
merenungi nasibnya, sang ibu mendekatinya.
Ia mendongak begitu merasakan
elusan pelan di kepalanya. Seorang wanita berwajah sedih yang tengah mengatupkan
bibirnya rapat-rapat telah berdiri di hadapannya. Matanya berair, tangannya
gemetaran dan embusan napasnya terdengar lelah.
ā Berhenti menyakiti dirimu
sendiri, Minsoo-aa.ā
Ia menundukkan pandangannya,
menarik napas pelan sebelum kembali menatap ibunya. ā Aku hanya sedang berusaha
untuk mendapatkan apa yang kuinginkan,ā tanggapnya pelan.
ā Jika saja ia membiarkanku, setidaknya
untuk bernapas dengan cara yang kumau, aku akan mempertimbangkannya. Tapi
tidak, ia bahkan telah mengatur semuanya.ā
Ia menurunkan tangan ibunya dan
menempatkan ke posisi semula, tepat di kedua sisi tubuhnya yang gemetaran. Setelah
itu ia bangun dan meninggalkan ruangan.
*****
Kepulan asap rokok berkumpul di
atas kepalanya kemudian hilang pelan-pelan tertiup angin. Minsoo menyandarkan
kepalanya, mengembuskan asap ke udara sambil menutup matanya.
ā Kau dipukuli tujuh orang
sekaligus dan kau tidak memberitahu kami?ā
Temannya yang dari tadi terlihat
kesal itu kembali melemparkan pertanyaan, kemudian menggeleng tak percaya
dengan tingkahnya. Kemarin Minsoo memang dipukuli tujuh orang sekaligus saat
dalam perjalanan pulang ke rumah. Lalu kenapa? Apa semua yang terjadi pada dirinya
harus ia beritahukan pada orang lain?
ā Seungyoon-aa, anak itu lebih
dari bersedia dipukuli tujuh orang bahkan lebih,ā ujar seseorang yang tengah
mengotak-atik rubik setengah jadi miliknya.
Seseorang yang dari tadi terus
menampakkan wajah tak terima itu menoleh, memasang wajah penasaran. Seungyoon,
itulah namanya. Ia memaksa si bocah rubik itu untuk memberi penjelasan. Hingga
akhirnya si bocah rubik bernama Hanseul itu mendengus, akhirnya menyerah dan mulai
merangkai penjelasannya.
ā Ia menyelamatkan Somin dari
tujuh bedebah itu. Kau tahu kan bagaimana laknatnya mereka itu? Kemarin sore
mereka hampir memperkosa Somin. Kau percaya itu? Yah..dan si tolol ini muncul
sambil membawa tongkat kayu yang hanya berhasil mematahkan kaki si tengil Jin
Goo,ā papar Hanseul sambil sesekali mencuri pandang ke arah Minsoo yang tengah
menghisap rokoknya dengan mata terpejam.
Hal yang sama pun dilakukan
Seungyoon, ia memandangi Minsoo sambil meringis ngeri. ā Jadi benar, ia
menyukai Somin,ā desahnya sambil menggeleng simpati.
ā Kurasa begitu,ā sahut Hanseul
sambil mengangguk setuju.
Keduanya berpandangan kemudian
sama-sama tercekat begitu teringat sesuatu. Mereka melebarkan mata kemudian
kembali berpandangan.
ā Apa Jaebum dan Hyukjin sudah mengetahui
hal ini?ā tanya Seungyoon ngeri, sesungguhnya ia berharap Hanseul menggelengkan
kepalanya.
Namun begitu Hanseul menunjukkan
ekspresi tak yakin ditambah gerakan turun naik bahunya, Seungyoon menghela
pelan. Akan ada bencana besar setelah ini.
****
Saat Seungyoon merasa akan ada bencana
besar, itu tandanya akan ada perkelahian hebat antara teman-temannya dengan
kelompok Jin Goo āsegerombolan anak kelas sebelah yang menyerang Minsoo kemarin
sore. Tak lama berselang setelah percakapannya dengan Hanseul, Jaebum beserta
Hyukjin datang dengan tergesa. Wajah kedua orang itu terlihat penuh amarah
dengan sepasang mata yang menguarkan aura menyeramkan.
Pandangan mereka langsung
mengarah pada sosok Minsoo yang bahkan hanya menatap kedua orang itu sebentar
kemudian kembali menghisap rokoknya yang mulai habis. Mereka terlihat tak
terima dengan perlakuan Jin Goo terhadap Minsoo.
ā Kita akan menyerang markas
mereka,ā ujar Jaebum yang diangguki Hyukjin.
Sementara dua orang itu nampak
sudah bulat dengan keputusannya, Seungyoon dan Hanseul kembali bertatapan
kemudian menyorot Minsoo yang sudah beranjak dari tempatnya. Pemuda itu
menghampiri Jaebum dan Hyukjin.
ā Kita lakukan sekarang,ā ucap
Minsoo.
****
Atas nama kesetiaan, atas nama
solidaritas, Seungyoon dan Hanseul turun dalam perkelahian. Meski ini sedikit
bertentangan dengan prinsip mereka yang mengutuk kekerasan, namun sejak dua
tahun bergaul dengan Jaebum, Hyukjin dan Minsoo, prinsip itu mulai pudar.
Mereka berlima berteman, dan teman akan saling membantu. Walau membantu dalam
hal yang tidak baik.
Kurang lebih begitulah alasan
kenapa mereka saling menyerang, saling melempar tinju dan melayangkan beberapa
benda keras pada tubuh-tubuh lawan di depan mereka. Perkelahian berlangsung
cukup lama hingga menguras banyak energi. Masing-masing kubu sudah terlihat
lelah dan tidak berdaya, mereka sudah tidak sanggup melanjutkan perkelahian.
Dan perkelahian pun disudahi oleh Hyukjin yang menyundutkan api ātanpa
sepengetahuan siapapunāpada genangan bensin yang kemudian merambat cepat hingga
melahap bangunan tua itu.
Begitu setengah dari bangunan
tersebut telah dilahap api, Minsoo dan keempat temannya langsung melarikan diri
sementara Jin Goo beserta temannya terlihat sibuk menyelamatkan barang-barang
mereka.
****
Sudah tiga hari Minsoo tidak
kembali ke rumah. Selama tiga hari itu ia berpindah dari rumah Seungyoon ke
rumah Hanseul kemudian berakhir di rumah Hyukjin. Ia sedang tidak ingin kembali
ke rumahnya, ia tidak ingin bertemu dengan si monster atau wajah cemas ibunya.
Tidak. Ia hanya ingin menikmati hidupnya saja sekarang.
Setiap hari ia pergi ke bar,
menenggak alkohol sebanyak yang ia mau. Setelahnya ia akan tertidur entah di
sudut mana kamar salah satu temannya. Dan seperti kemarin, kini ia kembali
mendatangi bar yang sama. Meminum alkohol yang lebih banyak daripada
sebelumnya, namun tidak seperti kemarin, hari ini ia datang sendirian.
Kepalanya terasa berat begitu ia
mengangkatnya dari meja bar. Ia menggeleng pelan, berusaha memperjelas
pandangannya yang memburam. Dengan susah payah ia melangkah, menyusuri ruangan yang
disesaki oleh tubuh-tubuh yang berjalan terhuyung sama sepertinya.
Setelah melewati perjuangan yang
melelahkan, akhirnya ia sampai di depan pintu keluar. Sambil melebarkan
matanya, ia memaksa kakinya untuk kembali melangkah. Lagi-lagi ia menggelengkan
kepalanya, menolak rasa mual yang mendera perutnya.
Tanpa ia sadari ada sesosok yang
memperhatikannya dari kejauhan. Sosok itu mendekatinya perlahan, masih tak
yakin dengan eksistensinya. Minsoo terus melangkah, menabrak beberapa orang
yang juga dalam keadaan setengah mabuk sepertinya. Ia tak menyadari jika sosok
itu mengikutinya, bahkan berjalan di sampingnya. Ia masih tak menyadari, hingga
sepasang tangan menahan tubuhnya yang hampir saja tersungkur.
Penglihatannya yang buram
membuatnya harus mengerjapkan matanya berulang kali sebelum menyadari siapa
sosok yang masih menyangga tubuhnya. Ia terkejut dan nyaris terjatuh.
ā Apa yang kau lakukan
malam-malam begini? Di tempat seperti ini?ā suaranya terdengar berat. Bahkan
tak begitu jelas karena terkesan seperti racauan tanpa arti.
Orang di sebelahnya tak menjawab.
Orang itu, gadis itu, hanya terus memapahnya. Gadis itu sama sekali tidak
mengatakan apapun, bahkan setelah mereka berjalan cukup jauh. Kesal karena tak
ditanggapi, Minsoo menyentak tangan yang melingkar di pinggangnya. Ia
menjauhkan tubuhnya dari gadis itu. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Minsoo
berusaha berdiri tegak.
ā Apa yang kau lakukan di tempat
seperti itu?ā tanyanya lagi.
Gadis itu memalingkan wajahnya ke
atas dan ke bawah, menghela napasnya pelan. Ia kembali menatap Minsoo.
ā Bar tadi milik kakakku. Sudah
puas?ā
Selepas itu Minsoo menyorot gadis
di depannya dengan penuh pertimbangan. Bar tadi milik kakaknya? Kakak seorang
Lee Somin, gadis pendiam yang sering diganggu gerombolan Jin Goo itu?
ā Berhenti menatapku seperti itu.
Sekarang pergilah sebelum Jin Goo dan teman-temannya menemukanmu,ā perintah
Somin sambil menoleh ke arah depan.
Bukannya pergi, Minsoo malah
terus menatapnya. Melihat itu Somin mendecak, kemudian menarik tangan Minsoo.
Ia lebih tahu dari siapapun bahwa keberadaan Minsoo di sana tidaklah aman.
Setidaknya ia harus membawa pria itu lebih jauh.
Mereka pun sampai di sebuah taman,
tempat yang Somin rasa lebih baik. Ia mendudukkan Minsoo sebelum melakukan hal
yang sama.
ā Kenapa kau membawaku ke tempat
ini?ā tanya Minsoo memecah keheningan.
Minsoo kelihatan mulai mendapat
kesadarannya kembali, ia mulai bisa membuka matanya dengan lebih lebar. Bahkan
pandangannya sudah lebih jelas dari sebelumnya.
ā Kau akan mati kalau tetap di
sana,ā jawab Somin cepat.
ā Jin Goo ada di dalam bar, dan
jika ia menemukanmu di sana, kau tidak akan bisa keluar dengan mudah,ā
sambungnya dengan nada kesal.
Setelah itu keheningan kembali
mendera keduanya. Minsoo masih sibuk dengan kepalanya yang terasa berat,
sementara Somin merasa sedikit canggung dengan kedekatan mereka. Biar
bagaimanapun hubungannya dengan Minsoo tidak bisa dikatakan baik atau buruk,
mereka bahkan tidak banyak berinteraksi. Dan minggu lalu, pria itu baru saja
menyelamatkannya dari Jin Goo. Pemuda itu menyelamatkannya dari Jin Goo yang
hampir memperkosanya. Jadi bayangkan betapa canggungnya ia saat ini.
ā Kau tahu? Tempat Jin Goo yang
kau dan teman-temanmu hancurkan itu milik kakakku. Jadi, kemungkinan besar kau
juga akan berhadapan dengan kakakku jika kau macam-macam dengan Jin Goo.ā
Minsoo menoleh, memperhatikan
Somin yang kelihatan tak tenang. Gadis itu terus memaju mundurkan tubuhnya.
ā Bagaimana bisa itu terjadi?
Memangnya kakakmu tidak tahu apa yang hampir Jin Goo lakukan padamu?ā
Somin langsung menoleh ke arah
Minsoo, menatapnya dengan sepasang mata sendu yang tak berani menaruh harapan
besar. Setelah itu Somin menundukkan kepalanya.
ā Jin Goo adalah salah satu teman
kakakku, bahkan kakakku sudah memintanya untuk menjagaku.ā Somin menggigit
bibirnya.
ā Kakakku lebih percaya padanya
daripada denganku.ā Somin menggeleng kemudian menemui mata Minsoo.
ā Aku hanya adik tirinya, ibuku
adalah simpanan ayahnya. Jadi ia tidak begitu peduli padaku.ā
Beberapa detik setelahnya Somin
segera memalingkan wajahnya. Ia menyembunyikan air mata yang hendak meluncur.
Sementara itu, Minsoo terkesiap dengan kenyataan yang baru saja terkuak. Ia..ia
tak menyangka jika Somin si gadis pintar yang selalu mendapat nilai bagus itu
memiliki latar belakang serumit itu. Ia tak menyangka jika Somin yang terlihat
biasa dan pendiam berasal dari keluarga seperti itu. Ia..ia tak menyangka jika
Somin yang tak begitu dihiraukannya, kini malah menariknya kian dekat. Kini setelah
semua yang ia alami, ia malah ingin melindungi gadis itu. Ia ingin memastikan
bahwa gadis itu akan baik-baik saja.
*****
Tujuh tahun kemudianā¦
Semalam semuanya kembali datang.
Ingatan itu, kenangan itu. Semuanya dapat ia lihat dengan jelas, seolah ia
merekam segalanya dan menyimpannya dalam bentuk video yang bisa ia lihat kapan
saja. Padahal tujuh tahun telah berlalu, segalanya telah berlalu, ia sudah
meninggalkan Busan beserta cerita kelamnya. Namun mimpi tadi malam serta kejadian
tadi pagi saat Hyunra tak sengaja masuk ke dalam kamar saat ia belum
berpakaian, membuatnya sadar bahwa sekuat apapun usahanya untuk menjadi orang
yang berbeda, ia tetaplah Minsoo, Bang Minsoo si pembuat masalah.
Ia menyentuh punggung dekat bahu kanannya, tempat tato permanen
yang menjadi saksi bisu kehidupan kelamnya pada masa lalu. Itu adalah lambang
pemberontakannya, lambangnya dan Somin, lambang mereka, saksi mereka berdua.
ā Aku tidak tahu kalau kau
memiliki tato.ā
ā Ya. Kau hanya akan bisa
melihatnya saat aku membuka baju.ā
Kira-kira begitulah percakapan
singkatnya dengan Hyunra tadi pagi. Terkesan canggung, walau kenyataannya
mereka telah berbagi kamar yang sama belakangan ini. Mereka bahkan tidur di
ranjang yang sama, namun ia merasa Hyunra bersikap aneh beberapa hari
belakangan. Sejak gadis itu tahu kalau halmeoni mengetahui pernikahan yang
mereka jalani tidak seperti pernikahan yang dilakukan pasangan lain, sikapnya
menjadi sedikit berbeda.
****
ā Aku pulang.ā
Halmeoni menyambutnya dengan
anggukan singkat kemudian kembali menatap layar televisi di depan. Hyunra pun
masuk ke dalam kamarnya, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Hari ini
benar-benar melelahkan, banyak sekali pelanggan
yang berkunjung ke kafe tempatnya bekerja.
Matanya melirik ke arah jam
dinding. Sudah jam delapan malam. Ia segera bangkit, kemudian berlari keluar.
Halmeoni kelihatan kaget begitu mendapati dirinya menerjang pintu dengan tidak
sabaran.
ā Sudah makan malam?ā tanyanya
cemas.
Halmeoni menghela lega, kepalanya
terlihat menggeleng pelan. ā Sudah. Jangan cemas begitu,ā jawabnya pelan.
Hyunra mengangguk singkat
kemudian berjalan berjalan mendekati meja makan. Ia mengambil salah satu gelas
kosong dan mengisinya dengan air putih dari teko kaca yang bersebelahan dengan
gelasnya. Ia meminumnya sampai tandas. Perhatiannya teralih pada halmeoni yang
masih sibuk menyaksikan acara televisi kesukaannya.
Entah atas dorongan apa, ia pun
beranjak. Berpindah ke ruang tengah, duduk bersama halmeoni. Selama beberapa
detik ia mengamati wajah tua di depannya. Ia masih ragu dengan apa yang akan ia
tanyakan pada wanita tua itu. Hei..bagaimanapun hubungan mereka belum sedekat
itu untuk bertanya yang macam-macam.
Ia tak tahu apakah tindakannya ini
tepat atau tidak, namun ia juga tak bisa menahan rasa penasarannya. Jadi ia pun
melontarkan pertanyaannya.
ā Kau bilang, Minsoo suka membuat
masalah semasa remajanya. Memangnya apa yang ia lakukan?ā
Selepas itu, halmeoni langsung
menatapnya. Menyorotnya dalam tanpa mengatakan apapun. Ini benar-benar
menegangkan. Tidak. Bukan karena Hyunra takut pada nenek tua di depannya, ia
hanyaā¦oke, baik ia memang ketakutan saat ini. Dari seluruh pengalamannya
bertemu nenek-nenek, halmeonilah yang menurutnya paling menyeramkan. Wanita itu
seperti memiliki aura tersendiri yang membuat orang-orang tak bisa berkutik
begitu bersitatap dengan kedua matanya.
ā Berkelahi, mabuk-mabukkan, dan
hampir ditahan polisi karena berkelahi di tempat umum,ā papar halmeoni tanpa
ragu.
Wanita tua itu kembali menatap
Hyunra. ā Memangnya kenapa? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?ā tanyanya.
ā Aku merasa, aku tidak tahu.ā Hyunra
mengusap wajahnya pelan. Pelan-pelan ia menyugar rambutnya yang lembab.
Melihat Hyunra yang nampak sedang
memikirkan sesuatu, halmeoni tak lagi mempedulikan acara televisi mingguan yang
biasa mengisi waktu malamnya. Ia sepenuhnya mengamati gadis muda di seberangnya
yang masih terdiam.
ā Tadi pagi aku tidak sengaja
melihat bekas luka di punggungnya. Kelihatannya cukup besar, dan itu membuatku
takut. Makanya aku bertanya. Akuā¦entahlah.. mengingat perbincangan kita waktu
itu, aku merasa takut.ā
Yah, yang tadi pagi ia lihat
tidak hanya tato di punggung kanan Minsoo, tapi juga bekas luka di punggung kiri
pria itu. Saat itu ia tak menyangka akan mendapati Minsoo bertelanjang dada,
makanya ia terkejut bukan main terlebih saat melihat bekas luka itu. Minsoo pun
kelihatan cukup kaget dengan kedatangannya, namun pria itu segera mengendalikan
ekspresi wajahnya.
Entah kenapa setelah kejadian
itu, Hyunra malah merasa cemas berada di sekitar Minsoo. Alasan terbesar atas
kecemasannya adalah ucapan halmeoni saat itu. Ia tahu seharusnya ia tidak
menghiraukan apapun yang terjadi di masa lalu, karena Minsoo pun tidak
mempermasalahkan latar belakangnya sebagai anak yatim piatu yang kabur dari
panti asuhan. Tapi mengingat semua kejanggalan yang terjadi semenjak
pernikahannya, Hyunra merasa perlu waspada. Bahkan alasan Minsoo menikahinya
saja masih belum jelas dan hal itu membuat ketakutannya semakin besar.
ā Ia hampir membunuh pemuda
sebayanyaāā
Halmeoni berhenti bicara begitu
Hyunra menatapnya tak percaya. Gadis itu terlihat sangat terkejut, namun inilah
yang harus diketahuinya.
ā āpemuda itu memperkosa kekasihnya.
Itu adalah pukulan terberat bagi Minsoo, dan anak itu hampir dipenjara karena
perbuatannya. Karena perbuatan Minsoo, pemuda itu tak sadarkan diri selama dua
minggu di rumah sakit. Setelah itu, semua orang menyalahkan Minsoo. Namun tak
ada yang benar-benar peduli bahwa anak-anak itu benar terpukul, karena seminggu
setelah peristiwa itu, kekasihnya itu ditemukan tewas bunuh diri,ā tuntas
halmeoni diiringi embusan napasnya yang berat.
Bohong jika Hyunra tak merasa
ketakutan setelah mendengar cerita itu. Bohong jika ia merasa tidak masalah
dengan semua itu. Namun ada hal lain yang lebih besar dari rasa takutnya. Ia
merasa tak percaya. Biar bagaimanapun Minsoo yang ia tahu tidak seperti itu,
bahkan pria itu jauh dari kata pengacau. Pria itu sangatā¦tenang.
Binar mata Hyunra memancarkan
rasa tidak percayanya, dan halmeoni memahami hal itu. Siapapun tidak akan
percaya jika Bang Minsoo si penyuka minuman cokelat hangat itu dulunya seorang
berandalan. Tidak akan ada yang percaya jika Minsoo si penggila video game itu
adalah Minsoo yang suka mabuk-mabukkan dan suka membuat keributan.
ā Setelah kekasihnya meninggal,
Minsoo menjadi lebih pendiam. Walau pada dasarnya ia memang bukan anak yang
suka bicara, namun setelah kejadian itu ia semakin pendiam. Ia terlihat seperti
tidak punya tujuan hidup, bahkan ia tak lagi menentang ayahnya,ā ucap halmeoni.
ā Dan tak lama setelah itu, kami
menemukan kamarnya kosong. Ia kabur dari rumah.ā
ā Tapi bukankah kau mengetahui
kepergiannya? Bukankah kau yang memasukkannya ke sekolah desain?ā Tanya Hyunra
belum puas.
Halmeoni mengangguk. Kepalanya
perlahan berputar sembilan puluh derajat, ia menatap lurus ke depan. Tatapannya
menerawang jauh, kedua tangannya saling bertautan, lambat-lambat ingatan pada
masa itu terpapar dengan jelas.
ā Ya. Tak lama setelah itu, aku
mendapat kabar dari temanku tentang keberadaannya. Aku segera menemuinya. Pada
saat itu ia sangat ketakutan, mungkin takut aku akan memaksanya pulang ke
rumah.ā Halmeoni menunduk sesaat, kemudian kembali mengangkat kepalanya.
ā Namun aku tidak melakukan
apapun yang ia pikirkan. Aku membantunya pergi dari Busan dan membawanya ke
Seoul lalu memasukkannya ke sekolah desain. Aku membiayai semua kebutuhannya selama beberapa bulan. Namun setelah itu ia memintaku untuk berhenti
mengiriminya uang.ā Wanita tua itu menoleh ke arah Hyunra.
ā Ia bekerja paruh waktu di
sebuah restoran cepat saji. Ia bilang, ia sudah menerima terlalu banyak. Jadi ia tidak bisa menerima apapun lagi dariku,ā
tuntasnya dengan senyum kecil yang membingkai wajah tuanya.
Setelah cerita panjang itu,
Hyunra merasa tergugah. Bukankah cerita hidup Minsoo begitu menarik? Seorang
anak berandal yang berubah menjadi pria baik yang bertanggung jawab. Mengesankan.
*****
Minsoo baru saja keluar dari
kamar mandi. Tangan kanannya masih sibuk menggosok rambutnya dengan handuk. Ia berjalan
menuju meja kerjanya. Ia sempat melirik Hyunra yang sedang sibuk dengan
beberapa kertas serta sejumlah buku di atas ranjang.
Gerakan menggosok rambutnya
memelan seiring dengan tangan kirinya yang meraih sebuah kertas berukuran A4
berisi beberapa baris kata yang terbaring di atas mejanya. Alisnya bertaut
sejenak, kemudian kepalanya langsung berputar. Menoleh ke arah Hyunra. Ia
mempertimbangkan sesuatu kemudian menatap tulisan pada kertas dalam
genggamannya.
Aku baru tahu kalau kau itu seorang
animator. Kalau mengingat pertemuan pertama kita, kukira kau itu seorang jagoan.
ā Benar juga.ā Ucapan Minsoo
menarik perhatian Hyunra. Gadis itu menoleh cepat ke arahnya dengan ekspresi
penuh tanya. Namun begitu menemukan kertas berisi tulisan tangannya berada pada
Minsoo, ia mendesah pelan. Huft..apa yang pria itu akan lakukan padanya setelah
ini?
Minsoo berjalan menghampiri
Hyunra, kemudian bergabung dengan gadis itu di atas ranjang. Ia mendudukkan
tubuhnya di tepi ranjang, sebenarnya cukup jauh dari keberadaan Hyunra.
ā Kau benar. Selama ini kita belum saling
mengenal. Kita bahkan tak pernah membicarakan diri masing-masing sebelumnya,ā
ujar Minsoo.
Hyunra mengangguk. ā Aku bahkan
baru tahu kalau kau itu seorang animator, itupun dari halmeoni,ā sahut
Hyunra menanggapi.
ā Jadi menurutmu kita harus
saling berkenalan? Umm..maksudku, semacam menceritakan segala sesuatu tentang
diri kita?ā
ā Yahā¦dengan hubungan kita yang
seperti ini, kurasa kita perlu melakukannya. Yah, maksudku sebagai teman
sekamar kita memerlukannya, kan?ā
Minsoo tak menjawab, ia kelihatan
masih ragu dengan gagasan Hyunra. Menceritakan segala tentang dirinya? Ia
bahkan tidak berani menengok ke belakang, cerita tentangnya bukanlah sesuatu
yang menyenangkan. Dan ia yakin Hyunra pun tak ingin mendengarnya.
ā Setidaknya kita perlu tahu
tentang apa yang disuka dan tidak disuka serta sesuatu yang mengganggu atau
semacamnya. Sebagai roommate-mu aku
perlu mengetahuinya agar tidak melakukan hal-hal yang membuatmu terganggu.
Bagaimana?ā Hyunra menggigit bibir bawahnya, menatap cemas Minsoo yang yang
masih berpikir.
Tak lama berselang, Minsoo
menatapnya. ā Baiklah. Tapi kita harus melakukannya dengan perlahan. Maksudku,
kita tidak harus bercerita panjang sampai semalaman suntuk,ā putusnya setengah
yakin.
Tidak buruk, pikir Hyunra. Ia pun
menyetujui gagasan Minsoo. Yah..perlahan. Ia mengerti. Ia tahu apa yang Minsoo
pikirkan.
ā Jadiā¦kita mulai darimana?ā
tanya Hyunra.
ā Aku bekerja di salah satu
perusahaan animasi di Seoul. Kau tahu kartun āJeuli-Popā?ā
Hyunra berpikir sebentar sebelum
menampilkan mata terbelalak diikuti dengan gerakan tubuh yang berjengit. ā Kau
yang membuatnya?ā
Hyunra pernah mendengar kartun
itu, ia pun pernah menontonnya beberapa kali. Walau bukan merupakan penggemar
tayangan itu, tapi ia tahu kalau kartun yang tayang seminggu sekali itu
digemari anak-anak di negaranya. Dan..ia menikahi orang yang membuat kartun
itu?
ā Lebih tepatnya aku dan timku,ā
tanggap Minsoo.
Pria itu mendengus kecil kemudian
menggosok pelan hidungnya. Ia terkekeh kecil. ā Kau pikir aku membuatnya
sendirian?ā
ā Mana kutahu?ā
Beberapa waktu kemudian, keduanya
berbincang seru. Walau Hyunra kelihatan lebih aktif bicara dari pada Minsoo
yang lebih sering terkekeh kecil atau melontarkan ejekan.
ā Bukan! Min Gi itu bukan berasal
dari panti asuhan sepertiku! Ia tinggal bersama keluarganya!ā
ā Begitu ya. Aku hanya berharap
kau tidak membawa pengaruh buruk padanya, dan membuatnya kabur hanya karena
tidak dibelikan baju hangat,ā balas Minsoo terhibur.
Ohā¦pria itu benar-benar sangat menjengkelkan. Ia benar-benar senang mengejeknya. Lihat saja matanya yang menyipit karena terus tertawa. Pria itu
pasti begitu senang karena bisa mengejeknya. Menurut pria itu alasannya kabur
dari panti asuhan waktu itu terlalu konyol. Ia kabur hanya karena pengurus
panti tidak membelikannya baju hangat.
ā Kau belum dengar cerita
selengkapnya! Itu hanya salah satu dari sekian banyak alasanku untuk pergi!
Memangnya aku sebodoh itu apa?ā
TBC
Okeā¦ini di luar rencana.. krna awalnya mau publish part ini kapan-kapan
aja but, tdi aku abis kontekāan ama farah dan ngobrol blablaā¦ smpe akhirnya aku
janji buat bikin ff spesial buat dia.. Nahā¦trus g lama salsa bbm, ngomentarin
marry me p4 bilang cap cool lahā¦ y udh deh aku bilang aku bakal publish part
5nya malem ini. hadiah liburan *kata farah gitu*. Jadi hadiah buat farah ff
spesial, buat salsa ff ini..
Aku adil yahā¦aku maknae yg baik, pemurah dan fleksibelā¦ baiklah skian
dari aku. kata Cap perlahan aja, smoga aku dpt ide buat nulis part 6nya, aminā¦
Surprise!!!
GSB
Haloooo authornim, maaf baru komentar setelah baca part ini. Seru banget FFnya... Udah ganti tahun nih, masih ada part selanjutnya dong pasti? Ditunggu kelanjutannya yaaa, berharap Min Soo dan Hyunra jadi semakin normal seperti pasangan suami istri pada umumnya...
ReplyDeleteHai Nara..
Deleteiya nih udh ganti tahun aja *heheheh* percaya deh aku udah berusaha untuk ngelanjutin ff ini tpi krna udh terlalu lama ditinggal akupun udh lupa sama tujuan dri cerita ini. Jadi yah, kemungkinan terbesar sih gak ada kelanjutannya. sorry, mungkin di lain kesempatan mereka bisa jadi pasangan yg lebih normal.. btw thanks udah baca^^