Time Part 4 - Oh No!











~  O  O  O  ~






Tangan kanannya asyik memainkan benda berbentuk persegi panjang yang tersambung ke telinganya dengan sebuah tali panjang. Sedangkan tangan yang satu nya lagi, sedari tadi terus menenteng sebuah botol berwarna biru yang berisikan air mineral.



“neon nareul wonhae neon naege ppajyeo neon naege michyeo. he eo nal su eobseo. i got you.. under my skin. neon nareul wonhae neon naege ppajyeo neon naege michyeo. neon naui no ye i got you.. under my skin.....”



Bibirnya terus bergerak bersamaan dengan alunan musik yang mengalun melewati tali panjang yang ia pasang ke telinganya. Bait demi bait ia lantunkan tiada henti sepanjang jalan yang ia lalui. Tanpa terasa kini kakinya telah membawanya sampai ke depan pintu dengan roomtag yang bertuliskan 393 didepannya. Dengan ringan tangannya menekan gagang pintu tersebut. Suara decitan pun timbul beriringan dengan kakinya yang berjalan masuk bersamaan dengan pintu yang terbuka.


“kau darimana?” Tegur seorang yeoja yang kini tengah disibukkan dengan beberapa lembar kartu yang berada digenggamannya.


Namun sayang, tak ada respon yang ia dapatkan atas pertanyaannya. Sosok yang ia tanyai hanya terus menggerakkan mulutnya menyanyikan bait demi bait lyric lagu yang tengah didengarnya.


“Yoona-ah...” Panggil salah seorang namja yang juga ikut bergabung dalam permainan kartu yang tengah mereka lakukan. Namun sama halnya dengan yeoja yang sebelumnya, ia juga tak mendapatkan jawaban apa pun dari Yoona.


Merasa ada yang aneh pada Yoona, kelima pasang mata tersebut terus saja memperhatikan kemana Yoona melangkah. Menaiki tangga menuju ranjangnya, meletakkan tasnya, bahkan hingga kembali turun pun mata-mata mereka tak pernah sekalipun berganti target dari sosok Yoona. Hingga langkah Yoona terhenti saat ia menyadari akan tatapan intens dari kelima pasang mata tersebut. Terganggu? Tentu. Itulah yang ia rasakan. Ia sangat tak suka menjadi pusat perhatian, tetapi kini, saat ini, ia menjadi pusat perhatian bagi kelima orang itu.


“waeyo?” Tanya Yoona dengan wajah yang bingung. Ia menatap dirinya sekilas. Memperhatikan apakah ada yang aneh yang melekat pada tubuhnya? Tetapi nyatanya, pakaian yang ia gunakan termaksud pakian yang wajar. Sepasang baju olahraga dan sepatu olahraga, apakah itu aneh?


“seharusnya kami yang bertanya seperti itu kepada mu. kau kenapa? apakah telah terjadi sesuatu yang membuat mu senang?”


“annie..” Jawab Yoona begitu singkat dan padat. Dan tanpa memikirkan kelima sosok tersebut ia pun langsung melenggang pergi ke dalam kamar mandi.



---------  (^^,)  ---------



Angin yang berhembus pelan. Mentari yang menyinarkan sinarnya dengan tak terlalu terik. Membuat suasana pagi itu menjadi sangat sejuk dan menyenangkan. Sama seperti apa yang dirasakan oleh Yoona, yeoja yang sejak kemarin telah membuat kebingungan dikalangan orang-orang yang dekat dengannya. Pagi ini pun keriangan yang ia miliki telah membuat kedua temannya merasa bingung bahkan sangat bingung. Senyum manis yang sempat menghilang sejak masa tradisi berlangsung kini kembali muncul. Membuat rasa ringan hinggap dibenak dua yeoja tersebut.


“ada apa? kenapa kalian menatap ku seperti itu?” Tanya Yoona dengan polosnya saat ekor matanya menangkap dua pasang mata yang terus memperhatikannya sejak ia terduduk hingga ia telah selesai mengikat kedua tali sepatunya.


“ah.. annie annie. em.... sebenarnya, ada yang ing....”


“kalau begitu aku berangkat dulu. annyeong........” Pamit Yoona dengan tubuh yang langsung melesat pergi meninggalkan kamarnya.



Lengkungan yang terbentuk dibibirnya selalu menghiasi wajahnya setiap detik, menit, bahkan hingga jam yang ia lalui. Memperhatikan guru, mengerjakan tugas, pergi ke cafetaria, berbincang dengan teman-temannya, semua itu ia lakukan dengan lengkungan dibibirnya itu. Hingga bell panjang yang menandakan seluruh kelas telah selesai berbunyi pun, lengkungan itu masih terus terpasang dengan sangat baik diwajahnya.


“Changmin-ah, apakaha kau mengetahui apa yang terjadi pada Yoona?” Tanya sesosok namja yang duduk dimeja yang bersebelahan dengan namja bernama Changmin itu.


“annio. kenapa tak kau tanyakan saja pada kedua temannya itu?” Ujar Changmin sembari menunjuk dua orang yeoja yang berada persis di belakangnya.


“aish... kau tahu sendiri kan mereka bagaimana. bukannya menjawab pertanyaan ku, mereka malah menyuruh ku bertanya sendiri pada orangnya.”


“ya kenapa kau tak tanya langsung saja pada Yoona. hubungan kalian kan baik-baik saja. kalau aku yang bertanya... kau kan tahu sendiri lah Taemin-ah, belakangan ini Yoona menjauhi ku, Jonghyun, dan begitu juga dengan kedua yeoja di belakang ku ini.”


“arraseo arraseo. kalau begitu biar ku minta Krystal atau tidak Sulli saja yang bertanya pada Yoona.”




Yoona POV


Aku segera merapihkan seluruh barang-barang ku saat bell pulang sekolah berbunyi nyaring hingga keseluruh penjuru bangunan ini. Tanpa membiarkan banyak waktu ku yang terbuang, aku langsung beranjak meninggalkan kelas ini. Entah setan apa yang tengah menggerakkan tubuh ku  hingga menjadi seperti ini? Tetapi yang jelas, kini aku tengah berlari riang menuju salah satu ruangan tempat dimana biasanya aku mengganti pakaian ku. Ya.. kamar mandi. Tanpa berfikir panjang lagi, aku langsung masuk kesalah satu bilik yang kosong. Menguncinya dan mulai mengganti seragam ku ini dengan pakian olahraga yang sebelumnya telah ku persiapkan.


“lakukanlah dengan baik Im Yoon Ah. kau pasti bisa. fighting!!” Ku semangati diri ku sepanjang aku mengganti seragam sekolah ku.


Ku lirik singkat jam tangan yang terikat manis dipergelangan tangan kiri ku. Enam belas lebih tiga puluh, berarti masih ada sepuluh menit lagi untuk aku bersiap-siap. Setidaknya... aku harus sudah berada di ruang olahraga sebelum waktunya tiba.


Ku lihat pantulan diri ku dicermin. Sedikit ku rapihkan rambut serta pakian olahraga yang telah ku kenakan sebelum akhirnya aku melangkah pergi menuju ruang olahraga. Sepanjang jalan yang ku lalui tiada hentinnya aku menghembuskan nafas yang panjang. Aku benar-benar merasa gugup saat ini. Rasa gugup ini melibihi saat ketika melaksanakan masa orientasi dan juga tradisi terkutuk itu. Rasanya nyawa ku telah melayang setengahnya dari tubuh ku. Huuhh... bagaimana tidak? Hari ini atau lebih tepatnya saat ini, aku akan bertemu dengan beberapa anggota penting di team basket sekolah. Sejak kemarin malam aku terus saja memikirkan bagaimana pendapat mereka tentang ku? Apakah mereka menyetujui keputusan Junsu seosangnim yang langsung memasukkan ku kedalam team inti? Semua pertanyaan-pertanyaan itu terus saja mengganggu ku hingga saat ini. Hingga aku telah berdiri tepat di depan pintu ruang olahraga.


“huuuuuhhhhh....... jantung ku. tenanglah Yoona, tenang. semua akan berjalan dengan lancar. hal-hal yang kau fikirkan tak akan terjadi. percayalah Yoona.”


Ku pejamkan mata ku singkat sebelum tangan kiri ku menekan gagang pintu dan dalam sekejap keadaan ruangan tersebut langsung terpampang jelas di depan mata ku. Kosong, satu kata yang langsung berada dibenak ku saat mata ku tak menagkap bayangan satu orang pun di sana. Apakah aku terlambat? Atau aku telah salah hari?


“sampai kapan kau akan terus berdiri di sana?”


Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba saja Kim Junsu, guru olahraga yang telah menggabungkan ku ke dalam team ini telah berdiri di tengah lapangan dengan beberapa lembar kertas ditangannya yang tak ku ketahui dan tak ingin aku ketahui pula apa isinya. Aku segera berlari kecil ke arahnya. Ku rundukkan tubuh ku memberikan salam kepadanya.


“mianhae aku terlambat..”


“annie, masih tersisa dua menit lagi sebelum jam latihan dimulai.”



Diam dan terus diam. Hanya itu yang aku lakukan setelah tak ada lagi percakapan yang terjadi antara aku dan guru terfavourite ini. Mungkin sudah hampir lima menit aku hanya diam saja. Berdiri sembari melihat-lihat seisi ruangan ini, seperti orang bodoh saja. Tsk... haruskah aku terus berdiri tegak di belakangnya dengan mulut yang terus terkatup juga? Aish.... sebenarnya apa yang ada difikiran guru ini? Kenapa latihan tak ia mulai juga? Apakah ada yang masih ia tunggu?


“kalau kau lelah berdiri kau bisa duduk.” Ujarnya membuat ku kembali terfokuskan pada apa yang tengah ku lakukan saat ini. Ber-di-ri.


“ah annie. em... bolehkah aku bertanya saem?” Ia membalikkan tubuhnya, menatap ku dengan diam. Kenapa ia diam? Apakah ini tandanya ia tak keberatan? Ta-pi......


“kenapa kau diam? bukankah tadi kau ingin bertanya?”


“ah ne. em... begini, waktu latihannya telah terlewat. em... apakah seosangnim masih menunggu seseorang?” Tanya ku mencoba untuk sesopan mungkin.


“nanti kau juga akan tahu. bersabarlah.”


Nanti kau juga akan tahu. Bersabar. Aish.. sampai kapan saem? Sampai kapan? Sudah lebih lima belas menit dari waktu latihan yang telah direncanakan. Memangnya siapa yang akan datang? Apakah dia kepala sekolah? Tetapi untuk apa? Seperti kepala sekolah tak memiliki pekerjaan lain saja. Dan kemana orang-orang penting di club basket  ini? Apakah karena mereka orang penting jadi tak apa jika mereka terlambat?!


Derap langkah yang terburu-buru tiba-tiba saja terdengar menyemarakkan ruang olahraga ini yang sejak tadi tak terdapat suara apa pun selain suara ku dan juga Junsu seosangnim. Apakah derap langkah ini milik orang yang ditunggu oleh Junsu seosangnim? Sepertinya begitu, kian lama suara itu kian mengencang saja.



“mian saem kami terlambat..”



Aku membalikkan tubuh ku ke arah kalimat permintaan maaf itu berasal. Aish.. lihat jam berapa ini? Kenapa baru datang? Apakah dia tak tahu kalau latihan kali ini sangat penti...


Me-me... mere... ka.....?! Ke-kenapa mereka bisa berada di sini?


“kenapa kalian baru datang? aku kan sudah mengatakan agar kalian tak terlambat!”


“ne mianhae seosangnim. tadi kami harus mengumpulkan beberapa tugas terlebih dahulu.”


“baiklah. untuk kali ini ku maafkan keterlambatan kalian. oh iya Yoona, kau telah mengenal mereka bukan?” Ku lihat wajah Junsu saem dan sedikit tersenyum kecut mengiyakan pertanyaannya. Mengenal mereka? Geureom! Aku mengenal mereka. Bahkan sangat mengenal mereka hingga membuat ku tak ingin terus berlama-lama berada di dekat mereka.


“karena kau telah mengenalnya, sepertinya aku hanya perlu menjelaskan sedikit tentang mereka. Choi Siwon, dia merupakan pemimpin club basket sekaligus captain team putra. Lee Donghae, ia merupakan wakil di club basket. sedangkan Park Yoochun, ia yang bertanggung jawab dalam perekrutan anggota team.”

 
Mwo-mwoya??!! Ja-jadi... aku...... aaaaaaaaaaaaaaaa mimpi buruk apa lagi ini? Bagaimana bisa aku bergabung dengan ekskul yang dipimpin namja-namja itu? Hhaaahhhh... beras sudah menjadi nasi, dan nasi telah menjadi bubur. Semua telah terjadi Yoona. Kau tak mungkin lagi mundur. Dan lagi pula, bukankah ini impian mu. Bergabung dengan team basket sekolah ini.


“dan ini Yoona. dia siswi yang ku maksud. ia memiliki kemampuan di atas rata-rata. jadi aku langsung memasukannya ke dalam team inti. apakah kalian keberatan?”


“annie. kami tak keberatan. kalau menurut seosangnim Yoona memiliki kemampuan, kami menyetujuinya.”


“baiklah. kalau begitu selamat bergabung di team basket sekolah ini Im Yoon Ah...”


“n-ne... mohon bantuannya...” Ku rundukan badan ku dan kembali mengangkatnya. Mata ku tiba-tiba saja menangkap sebuah lengkungan tipis yanng ku benci dari salah satu orang yang tengah berdiri berhadapan dengan ku. Hhhaaaa... hal buruk apa lagi yang akan terjadi???




Author POV


Seminggu telah berlalu. Hari-hari yang berat bagi sebagian murid yang enggan untuk melewati masa tradisi kini tinggal tersisa sepuluh hari lagi. Entah bagaimana bisa? Tetapi hari ini, tepat seminggu semenjak tradisi dimulai, akan diadakan perayaan yang mengharuskan murid baru berpasangan dengan senior yang telah dipasangankan dengan mereka. Dan hal itu semakin membuat murid-murid yang masuk ke dalam golangan murid yang menolak tradisi tersebut semakin terlihat kalang kabut. Bahkan seperti orang yang kehilangan akal sehat mereka. Termaksud Yoona. Yeoja itu terlihat murka sekali ketika berita itu sampai dan terdengar olehnya. Amarahnya begitu saja membakar akal sehatnya.


“IDE BODOH SIAPA LAGI INI?!!” Murkanya saat Krystal, salah satu teman sekolahnya terdahulu dan juga teman sekolahnya saat ini memberitahunya tentang kegiatan itu. Krystal yang tak tahu menahu kenapa kegiatan itu diadakan pun harus rela telinganya menjadi korban kebingasan suara Yoona.


“bisakah kau tak berteriak? aku bisa tuli jika harus mendengar suara sepuluh oktaf mu itu!”


“mian mian. aku tak sengaja..” Ucap Yoona merasa bersalah pada sahabatnya itu.


“ye.. lagi pula aku telah memperkirakannya.”


“nde? memperkiraknnya?” Yoona menatap Krystal bingung. Satu kata yang terlontar dari bibir mungil Krystal membuatnya harus mengernyitkan dahinya serta membuat otaknya harus bekerja agak keras dari sebelumnya.


“ye. aku telah memperkirakan bahwa kau akan bertindak aneh ketika mengetahui rencana kegiatan itu. dan berteriak merupakan perkiraan pertama yang ku buat atas reaksi yang akan kau tunjukkan.”


“nde? kau sampai membuat list hal seperti itu?” Yoona membelalakkan matanya. Terkejut atas penuturan Krystal yang sangat membuatnya merasa menjadi orang aneh dimata Krystal dan juga dimata dirinya sendiri.


“tentu. aku tahu kau termaksud ke dalam golongan murid yang menganggap tradisi ini tradisi bodoh, jadi aku tahu kau sangat tak setuju dengan rencana kegiatan itu.”


“em... ee.. lalu, bagaimana dengan mu? Sulli? Amber?” Tanya Yoona mencoba untuk menggeser topik yang kini tengah terarah hanya pada dirinya.


“sejujurnya, aku dan Sulli termaksud ke dalam kategori murid yang enggan untuk melaksanakan tradisi. tetapi kami tak mempunyai keberanian untuk berbuat seperti apa yang kau lakukan.”


“jadi? kalian juga tak ingin melakukannya? lalu bagaimana dengan Amber?”


“ye.. tetapi mau bagaimana lagi. kami akan tetap melakukannya. nanti malam aku akan pergi ke pesta itu bersama Eunhyuk sunbea, sedangkan Sulli dengan Siwon sunbea. dan mengenai Amber, sepertinya ia masuk dalam golongan murid yang menganggap tradisi ini biasa saja. jadi ya.. mungkin ia juga akan datang dengan Yunho sunbea.”


“ya! akhiri saja semuanya. kau dan Sulli bisa melakukan seperti apa yang ku lakukan. ayolah bergabung dengan ku. kita buat tradisi ini berakhir sampai saat ini saja.” Pinta Yoona dengan nada suara yang terdengar sekali bahwa kini ia tengah berharap sesuatu yang lebih kepada Krystal.


Sejenak Krystal terlihat tengah menimbang-nimbang permintaan yang diajukan Yoona. Mengingat ketidak sukaan Krystal terhadap tradisi tersebut, membuat Yoona merasa sedikit berada di atas awan karena ia memperkirakan bahwa sebentar lagi Krystal akan dengan senang hati bergabung dengannya untuk memusnahkan tradisi konyol itu. Namun raut wajah tak terduga kini ditunjukkan oleh Krystal, membuat Yoona tanpa sadar menghela nafas panjang dan berat begitu saja.


“mian Yoona-ah. ku kira aku tak memiliki keberanian sebasar yang kau miliki.” Ucap Krystal dengan tertunduk. Raut menyesal ketara sekali terlihat pada wajah cantiknya. Ia merasa tak enak hati menolak permintaan Yoona, namun disisi lain, rasa takutnya akan hukuman yang akan didapatnya jika pemberontakkannya gagal terus saja terbayang-bayang dibenaknya.


“ya! jangan memasang wajah seperti itu. kau tak perlu merasa tak enak hati. toh, sebelumnya aku melakukan ini sendiri. sudahlah, anggap saja permintaan ku hanya sebuah angin lalu. jangan kau fikirkan.” Ujar Yoona mencoba mengembalikan suasana yang sempat menjadi  buruk karena permintannya.




Yoona POV


Semenjak kabar buruk itu sampai ditelinga ku, aku mulai merasa bahwa kini dewa kematian telah berdiri tepat di belakang ku. Dan entah kapan waktunya ia akan mencabut nyawa ku, tetapi yang ku yakini, tidak lama lagi ia akan menjalankan tugasnya untuk memusnahkan diri ku dari muka bumi ini.


Berkali-kali aku mencoba untuk membuat diri ku tenang. Segala macam cara telah ku lakukan, seperti mendengarkan musik, menyembunyikan diri di tempat yang sepi, mencoba untuk tidur, bahkan dengan rela ku langkahkan kaki ku menuju perpustakaan, suatu tempat yang sejak dulu sudah menjadi musuh ku. Tetapi apa? Semua tak berguna. Rasa khwatir ini selalu menggelayuti ku, bahkan hingga saat ini. Saat dimana biasanya aku akan dengan senang berjalan keluar kelas sembari mengenakan tas ku.


“Yoona, kau tidak pulang?”


Ku angkat kepala ku sembari meyejajarkan pandangan ku dengan sosok orang yang kini tengah berdiri di depan meja ku. Lay? Tumben sekali namja ini bertanya pada ku.


“kau pulang saja dulu. aku akan menyusul.”


“yasudah.. kalau begitu aku pulang dulu. kau berhati-hatilah. dan ingat jangan terlalu lama, karena nanti akan ada pesta dengan senior.”


“ye....” Balas ku sembari melambaikan tangan kepadanya.


Aku kembali merebahkan kepala ku ke atas meja. Huh... Zhang Yixing. Namja itu sebenarnya baik, hanya saja ia terlampau dingin dibandingkan Minhyuk, Taemin, apa lagi Changmin dan Jonghyun. Tunggu, tadi ia mengatakan jangan terlalu lama karena nanti akan ada pesta dengan senior? Aish... mengingat itu membuat ku ingin menjatuhkan diri ku ke dalam lautan yang paling dalam. Aaaaaa.... Zhang Yixingggg aku akan membunuh mu karena kau telah mengingatkan ku akan pesta biadab itu!!!!!!!!!



---------  (^^,)  ---------



Harus kemana lagi aku menyembunyikan diri ku? Kelas? Tempat itu merupakan tempat yang rawan untuk menjadi tempat persembunyian ku. Perpustakaan? Jangan bercanda Yoona, lihat sudah jam berapa ini. Cafetaria? Huh.... sama saja dengan kau masuk ke dalam kandang buaya kalau kau memilih tempat itu.


Argghh... aku harus bersembunyi dimana lagi??!!! Aku sudah lelah berdiri. Dan kini langit telah menggelap. Angin telah berhembus dengan kencang, dan aku? Aku tak membawa satu pakaian hangat pun. Aish... Yoona, kau memang tengah dikutuk oleh dunia ini. Semua kesialan, hal buruk, semuanya terjadi pada mu.


“siapa itu??!”


Tubuh ku langsung menegang. Jantung ku berdetak kelewat kencang. Paru-paru ku seperti kehabisan oksigen. Otak ku tak dapat berfikir. Apakah aku akan benar-benar mati saat ini? Tsk tentu saja Yoona! Tak mungkin kau akan hidup setelah ini. Semua rencana mu telah berakhir.


Tanpa sadar aku sudah membalikkan tubuh ku, dan tentunya dengan wajah yang tertunduk. Sungguh, rasanya kepala ku ini sangat berat untuk ku angkat. Rasanya ada sebuah beban berat yang hinggap dikepala ku.


“Im Yoon Ah! kenapa kau berada di sini? bukankah  kau murid baru? seharusnya kau tengah berada di dorm untuk melaksanakan pesta tradisi. lalu kenapa kau masih berada di sini, dan juga masih memakai seragam mu? tunggu... apakah kau termaksud ke dalam golongan murid yang tak mau melaksanakan tradisi sekolah? ha?”


Aku mengangkat kepala ku begitu mendengar suaranya. Suara ini aaa seura Junnsu seosangnim!! Tapi tunggu. tadi dia mengatakan apa?? Murid yang menolak pelaksanaan tradisi?? AAAAAAA. Semua telah berakhir. Benar-benar berakhir. Junsu seosangnim mengetahuinya. Aaaaa... hukuman apa yang akan aku dapatkan???!!!!


“kenapa kau diam? kalau begitu ikut aku!”




Author POV


Suara ketukan berhasil mengalihkan Junsu dari sosok yeoja yang sedari tadi hanya mampu menundukkan kepalanya tanpa sedikit pun membuka mulutnya. Sosok itu sedikit dapat merasakan kelegaan karena setidaknya ada saat dimana ia dapat menghirup udara dengan baik, ya... walapun rasa tegang tetap menyertai dirinya.


“cepat kalian masuk!” Ucap Junsu yang membuat yeoja itu kembali mengaku seketika.


“kalian? memangnya siapa yang tadi dihubungi oleh Junsu seosangnim?” Gumam yeoja itu pelan sepelan hembusan angin yang berada di ruangan itu. “aish... sudah Yoona. kau tak usah memikirkan hal itu. sekarang kau fikirkan saja diri mu sendiri.” Gumamnya untuk kesekian kali dengan kepala yang ia gerakan ke kanan dan ke kiri.


“kalian tahu kenapa aku menyuruh kalian datang?”


“annie seosangnim. memangnya ada apa?”


“kalian lihat ini.” Ujar Junsu sembari menunjuk sosok yeoja yang masih dengan kepalanya yang tertunduk.


“Yoo-Yoona....” Pekik mereka serempak saat mendapati sosok yeoja itu merupakan hoobae yang berada di bawah tanggung jawaban mereka. Sedangkan Yoona, ia tak kalah terkejutnya saat mengetahui bahwa Donghae, Yoochun, dan Jaejoong lah yang dihubungi oleh Junsu tadi.


“benar dia Yoona. sekarang pertanyaannya adalah, kenapa dia bisa sampai tak melaksanakan tradisi sekolah?”


“mianhae seosanngnim. ini kesalahan kami. kami tak dapat mengawasi Yoona dengan baik...”


“geureom. ini kesalahan kalian. terlebih kau Lee Donghae. kau yang paling memiliki tanggung jawab penuh atas Yoona dan kedua teman sekamarnya. tetapi lihat sekarang, mengurus Yoona saja kau tak mampu!” Hardik Junsu dengan intonasi yang tentunya membuat orang-orang yang mendengarnya menjadi tak memiliki nyali dalam sekejap.


“kalau begitu mau tak mau kau harus mendapatkan hukuman Im Yoon Ah.”


“annie seosangnim. ini bukan kesalahannya, ini kesalahan ku. jadi hukum saja aku..”


“annie Donghae-ah, ini kesalahan kita bersama. jadi seosangnim, hukum saja kami bertiga..”


“tentu. tanpa kalian minta, aku juga akan memberikan kalian hukuman karena kelalaian kalian dalam menjalankan tugas. dan kau juga im Yoon Ah..”


“annie saem. ini murni kesalahan ku. mereka sudah memperingati ku, tetapi aku saja yang keras kepala. jadi biarkan hukuman mereka aku saja yang tanggung.”


“benarkah?”


“annie. ini bukan kesalaha....”


“cukup! kalian tak usah membela ku! aku yang memutuskan untuk tak mau mengikuti tradisi ini. jadi jangan tempatkan diri kalian sebagai dewa penolong ku. aku tak membutuhkannya!!” Potong Yoona dengan suara yang meninggi. Amarahnya kini benar-benar sudah membakar akal sehatnya. Ia sudah tak memikirkan lagi dimana ia berada. Di dalam ruang guru atau pun tidak.


“baiklah kalau begitu. berarti hukuman mu adalah, kau harus membersihkan seisi dorm selama satu minggu. terkecuali kamar maisng-masing murid. karena itu merupakan tanggung jawab dari setiap murid. arraseo?”


“ne arra saem..” Jawab Yoona dengan anggukan kepala yang lemah.


“sudah jelas semua. keputusan ini tak dapat diganggu gugat. sekarang kalian boleh kembali..” Perintah Junsu yang langsung mendapatkan anggukan dari keempat muridnya tersebut. Mereka pun langsung pergi meninggalkan ruangan itu.



“kenapa kau melakukannya?” Tanya Donghae saat mereka telah berada jauh dari ruangan guru olahraga nya itu.


“apa?” Jawab Yoona yang sepertinya sangat enggan untuk meladeni pertanyaan yang baru saja diajukan oleh Donghae, seniornya itu.


“kau membiarkan diri mu menjalankan hukuman itu sendiri. padahal kau sendiri tahu, kalau sebenarnya kau melakukan hal ini karena ka....”


“sudah ku katakan, aku tak butuh dewa penyelamat seperti kalian!!!! jadi jangan pernah mencoba berlagak menjadi dewa penyelamat ku!!!!!” Ujar Yoona dan langsung melangkah pergi meninggalkan ketiga seniornya itu.




To Be Continue..






oke guys... this is for you!! :)
hope you like it and for the next part, just wait.... 
and last is, see you.....감사합니다 ^^








Comments

Popular Posts